Jakarta- Mahaganews. Com
GENERASI YANG HILANG
Sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah sejarah pemuda. Jauh sebelum proklamasi tahun 1945 para founding fathers sudah memulai pergerakannya, dimana politik etis menjadi pintu pembuka cakrawala kesadaran untuk merubah nasib dari bangsa yang tertindas menjadi bangsa yang merdeka.
Pemuda merupakan inti kekuatan perubahan yang ada di masarakat. Bahwa setiap masa telah melahirkan generasi, dan setia generasi telah melahirkan pemimpinya sendiri adalah sebuah keniscayaan sejarah yang tidak bisa kita pungkiri.
Artinya tiap generasi punya logika dan cara bertindak nyata sendiri dalam melihat tantangan yang di hadapi.
Pemuda hari ini haruslah terus mengingat dan melihat kembali sejarah perjuangan pemuda-pemuda sebelumnya karena dari masa lalu lah kita bisa melihat masa depan dan mampu memberi arti keberadaan pemuda dalam konteks kekinian.
Pemuda menjadi salah satu subjek penting dalam sejarah hingga perkembangan dunia sekarang, peranannya tidak hanya terbatas dalam organisasi-organisasi kepemudaan saja. Hingga saat ini sering kita lihat ada beberapa pemuda yang juga sukses di berbagai bidang yang mereka tekuni, baik itu sebagai pengusaha, anggota legislatif, politisi, hingga menjadi menteri. Tentu fenomena tersebut menunjukkan bukti bahwa pemuda memang memiliki kekuatan yang dipercaya mampu memberi kontribusi besar dalam perkembangan dunia.
Dalam menjalankan perannya, salah satu fungsi pemuda adalah agent of control yaitu sebagai pengawas atas hal-hal yang terjadi disekitarnya. Fungsi ini menjadi sangat penting dilakukan demi merespon gejala-gejala sosial maupun kebijakan-kebijakan pemerintah yang dirasa tidak sesuai dengan perkembangan dan norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat. Dengan semakin berkembangannya dunia teknologi maka peranan pemuda sebagai agent of control semakin memberi arti demi menjaga kesimbangan kehidupan bermasyarakat dan menyikapi kebijakan-kebijakan publik yang diberlakukan. Salah satu aspek paling penting dan dekat dengan kita adalah pengawasan pelayanan publik dari Pemerintah sebagai penyelenggara kepada masyarakat sebagi pengguna layanan.
Atas dasar sejarah peran dan fungsi dari pemuda tersebut, sungguh sebuah kemalangan bagi bangsa ini jika para pemudanya tidaklah peduli dan masa bodoh terhadap situasi dan kondisi bangsa dan masyarakat di sekitar nya.
Pemuda hari ini cendrung apatis dan terjebak dalam budaya konsumerisme dimana hedonisme menjadi idiologi/cara pandangnya. Selain bahaya “hedonisme” budaya “instan” juga sudah menjadi kecendrungan umum pemuda saat ini. Persoalan ini tentu akan menjadi penyakit sosial, dimana banyak orang memaksakan untuk tampil hidup mewah walau kenyataanya secara ekonomi belum mampu untuk mencukupi. Pemuda hari ini terjebak dalam penyakit “demam kemewahan”. Dan persoalan ini membuka pintu masuk ke arah tindakan kriminal yang akan merugikan masyarakat dan pemuda itu sendiri.
Tak dapat dipungkiri, banyak juga generasi muda Karo yang sukses di perantauan namun menjadi pemuda yang berwawasan nasional kerakyatan dalam mewarnai semangat membangun kembali tanah Karo Simalem sangat langka. Kecenderungan berkelompok dan berkumpul dalam percakapan yang kritis hanya diseputar kedai kopi tanpa ada nya realisasi yang nyata. Harapan harapan yang harus nya dimulai dalam kesadaran pribadi dan dapat di capai dalam kerja kerja nyata kelompok menjadi utopis. Bahkan tak dapat dipungkiri ormas ormas Karo baik di perantauan hanya menjadi organisasi solidaritas dan silahturahmi tanpa gagasan nasinal kerakyatan.
Untuk marilah kita semua para pemuda dimanapun kalian berada, di kota ataupun desa, bergegaslah bangun dari tidur dan mimpi panjangmu, negara dan rakyat butuh kamu, ya kamu para pemuda untuk keluar dari situasi yang sulit dan tidak menentu saat ini.red

More Stories
Langkah Kemenag Wujudkan Asta Cita: dari Jaga Kerukunan untuk Pembangunan hingga Sejahterakan Guru
Lagi dan Lagi, Pelaku Penipuan Haji Furoda Tak Pernah Ada di Rumah
Kemenhaj RI Inisiasi Kolaborasi dengan KPK, Perkuat Integritas Penyelenggaraan Haji